Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makalah Dongeng : Pengertian, Jenis, Manfaat, Nilai Moral, dan Contoh [ Lengkap ]

Pengertian Dongeng

Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa dan penuh khayalan, sehingga dianggap oleh masyarakat cerita tersebut tidak benar-benar terjadi.

Menurut KBBI, dongeng diartikan sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi terutama tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh.


Dongeng diceritakan untuk hiburan, meskipun dalam kenyataannya banyak cerita dalam dalam sebuah dongeng yang melukiskan kebenaran karena mengandung pelajaran moral, bahkan sindiran.

Dongeng biasanya mempunyai kalimat pembuka dan penutup yang klise (sering digunakan). Misalnya dalam dongeng yang menggunakan bahasa Inggris sering dibuka dengan kalimat “Once upon a time…”

Lalu, dalam dongeng yang menggunakan bahasa Indonesia, sering diawali dengan kalimat “Pada suatu hari….”, “Di suatu desa terpencil…”, dan lain-lain. Lain lagi dalam dongeng yang menggunakan bahasa Jawa, sering diawali dengan kalimat “Anuju sawijining dino…”

Bentuk Bentuk Dongeng

Sebuah dongeng tidak hanya mengisahkan tentang manusia saja, tetapi juga tentang binatang, tanaman, dan makhluk lainnya. Pada dasarnya, semua yang ada di sekitar kita ini dapat diangkat menjadi sebuah dongeng yang memiliki makna cerita tersendiri.

1. Myth (Mitos)

Bentuk dongeng ini menceritakan tentang kepercayaan terhadap alam gaib atau benda-benda magis dari suatu wilayah. Setiap wilayah biasanya mempunyai mitos tertentu walaupun terkadang ceritanya masih sama dengan mitos dari wilayah lain.

Contoh:

  • Nawang Wulan dan Jaka Tarub (Jawa Tengah)
  • Batu Menangis (Pulau Kalimantan)
  • Ratu Pantai Selatan (Jawa Tengah)
  • Si Hulembe (Kisaran)

2. Legenda

Bentuk cerita ini biasanya mengenai riwayat atau asal-usul terjadinya suatu daerah.

Contoh:

  • Legenda Gua Kemang (Medan)
  • Legenda Batu Belah Batu Bertangkup (Sumatera Utara)
  • Legenda Rawa Pening (Jawa Tengah)
  • Legenda Tangkuban Perahu (Jawa Barat)

Deskripsi Buku

Di tengah petualangannya, Sangkuriang dirampok dan kehilangan seluruh perbekalan yang dibawanya. Tanpa terduga, seekor anjing muncul sebagai penyelamat. Mereka pun menjadi sahabat karib, sampai Dayang Sumbi datang dan mengungkap sebuah rahasia. Siapa sebenarnya anjing tersebut dan bagaimana kelanjutan kisah mereka? Dongeng Karakter Positif Anak: Sangkuriang dan Dayang Sumbi merupakan adaptasi dari cerita rakyat (folklore) Sangkuriang. Cerita ini cocok untuk dibaca anak pembaca pemula (early reader) karena jumlah teksnya yang telah disesuaikan.

3. Fabel

Dalam fabel, biasanya menceritakan mengenai kisah yang bertokoh utamakan binatang. Dongeng berbentuk fabel ini sering dijadikan sebagai media untuk mendidik anak-anak.

Contoh:

  • Si Kancil dan Buaya
  • Si Kancil dan Pak Petani
  • Kura-Kura dan Monyet

4. Sage

Dalam dongeng berbentuk sage ini biasanya menceritakan mengenai kisah-kisah kepahlawanan, keberanian, maupun kisah kesaktian seseorang.

Contoh:

  • Ciung Wanara (Jawa Barat)
  • Patih Gadjah Mada (Jawa Timur)
  • Calon Arang (Jawa Timur)

5. Jenaka atau Pandir

Dongeng jenaka atau pandir ini menceritakan mengenai orang-orang yang selalu bernasib sial. Dongeng ini bersifat dongeng dan menghibur pendengar atau pembacanya karena kelucuan yang dilakukan oleh sang tokoh.

Contoh:

  • Dongeng Si Pandir
  • Si Kabayan
  • Lebay Malang

Lalu ada juga bentuk dongeng menurut Anti Aarne dan Stith Thompson, dongeng dibagi menjadi empat jenis, yakni:

1. Dongeng Binatang (Animal Tales)

Dalam dongeng binatang (Animal Tales) ini menceritakan mengenai kisah kehidupan binatang yang digambarkan dapat berbicara layaknya manusia. Di Indonesia, dongeng binatang yang paling terkenal adalah “Sang Kancil”.

Apakah Grameds masih ingat bagaimana kisah-kisah yang terdapat dalam dongeng berjudul “Sang Kancil”?

Dalam dongeng berjudul “Sang Kancil” tersebut menceritakan tokoh utama yakni binatang Kancil yang digambarkan sebagai binatang cerdik dan selalu bisa mengalahkan musuhnya yang bahkan memiliki kekuatan lebih darinya, misalnya binatang buaya, gajah, harimau, dan lain-lain. Namun, ada satu waktu dimana kancil ini kalah dengan binatang siput, karena sifatnya yang terlalu sombong.

2. Dongeng Biasa (Ordinary Folktales)

Dongeng biasa adalah dongeng yang berisikan tokoh berwujud manusia dan biasanya menceritakan mengenai kisah suka duka seseorang. Menurut Dadandjaja (1994), penyebaran dongeng biasa di Indonesia mempunyai beberapa tipe, yaitu,

a) Dongeng bertipe “Cinderella” (tokoh wanita yang tidak mempunyai harapan dalam hidupnya)

Misalnya dongeng berjudul “Bawang Merah dan Bawang Putih”, “Ande-Ande Lumut”, “Si Melati dan Si Kecubung”, dan lain-lain.

Dalam dongeng bertipe tersebut, tokoh utama tidak hanya berjenis kelamin wanita saja, tetapi ternyata juga ada yang berjenis kelamin laki-laki lho~ misalnya dongeng berjudul “Joko Kendhil” dan “I Rare Sigaran” (Si Sebelah).

b) Dongeng bertipe “Oedipus”

Dalam dongeng bertipe ini, terdapat tiga unsur penting yang termuat di dalamnya yakni motif-motif ramalan, pembunuhan seorang Ayah oleh anak kandungnya, dan perkawinan antara Ibu dan putra kandungnya.

Contoh dongeng yang bertipe Oedipus adalah “Sangkuriang”, “Prabu Watu Gunung”, dan “Bujang Munang”.

c) Dongeng bertipe “Swan Maiden” (Gadis Burung Undan)

Dalam dongeng bertipe ini biasanya menceritakan seorang putri yang berasal dari binatang atau seorang bidadari yang terpaksa menjadi manusia karena suatu hal. Baik itu karena kutukan atau kesalahannya saat hidup.

Contoh dongeng yang bertipe ini adalah “Joko Tarub” dengan tokoh wanitanya adalah bidadari yang sedang mandi tetapi pakaiannya disembunyikan oleh Joko Tarub sehingga dirinya tidak bisa kembali ke kayangan.

3. Lelucon atau Anekdot (Jokes and Anecdotes)

Lelucon atau anekdot ini adalah jenis dongeng yang biasanya terdapat cerita menggelikan hati sehingga membuat seseorang yang mendengarkan atau membacanya menjadi tertawa.

Sementara itu terdapat perbedaan antara dongeng lelucon dan dongeng anekdot. Anekdot biasanya menyangkut mengenai kisah fiktif lucu pribadi dari tokoh yang benar-benar ada. Anekdot biasanya digunakan untuk menyindir perilaku seseorang.

Sedangkan lelucon merupakan kisah fiktif yang tokohnya berupa suku bangsa, golongan, bangsa, dan ras. Menurut Danandjaja (1994), sasaran guyonan dalam lelucon dibedakan lagi menjadi lelucon dan humor. Sasaran lelucon ini adalah berupa orang lain, lalu sasaran humor biasanya adalah diri sendiri atau si pembawa cerita itu sendiri.

4. Dongeng Berumus (Formula Tales)

Menurut Antti Aarne dan Stith Thompson dongeng berumus ini adalah yang strukturnya terdiri dari pengulangan.

Menurut Danandjaja, yang tergolong ke dalam dongeng berumus ini adalah:

  • Dongeng berantai, yaitu dongeng yang dibentuk dengan menambah keterangan lebih terperinci pada setiap pengulangan inti cerita
  • Dongeng untuk mempermainkan orang, yaitu cerita fiktif yang diceritakan khusus untuk memperdayai orang sehingga menyebabkan pendengarnya mengeluarkan pendapat yang bodoh
  • Dongeng yang tidak mempunyai akhir, yakni dongeng yang jika diteruskan tidak akan sampai pada batas akhir.

Nilai-Nilai Moral dalam Dongeng

Dalam suatu dongeng tidak hanya memuat sebuah cerita saja tetapi juga ada nilai-nilai moral yang ada di dalamnya. Nilai-nilai moral dalam sebuah dongeng biasanya meliputi nilai kepatuhan, tawakal, keberanian, rela berkorban, jujur, adil, bijaksana, menghormati sesama, bekerja keras, kasih sayang, kerukunan, kepedulian, dan lain-lain.

Pada umumnya, sebuah dongeng memang membawa misi dari penulisnya untuk mengedukasi pembaca terutama anak-anak. Melalui dongeng, diharapkan emosi anak dapat terkendali dan mereka dapat meniru nilai-nilai positif yang termuat dalam dongeng tersebut.

Manfaat Mendongeng Bagi Pembentukan Karakter Anak

Menurut Bachri (2005), mendongeng adalah kegiatan menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atas suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan mendongeng adalah kegiatan lisan yang menceritakan kembali sebuah dongeng kepada pendengarnya secara menarik, yang secara tidak sadar, para pendengarnya mendapatkan pengetahuan dari dongeng tersebut.

Menurut Priyono, kegiatan mendongeng juga mempunyai beberapa tujuan yang berguna bagi pembentukan karakter anak, yakni

  1. Merangsang dan menumbuhkan imajinasi serta daya fantasi anak
  2. Mengembangkan daya penalaran dari sikap kritis dan kreatif anak
  3. Mengajak untuk bersikap peduli terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa
  4. Mengajak anak untuk membedakan mana perbuatan baik dan buruk
  5. Mengajari anak untuk mempunyai rasa hormat dan kepercayaan diri

Supaya tujuan-tujuan tersebut dapat tercapai, dalam kegiatan mendongeng seharusnya memilih dongeng yang sesuai dengan usia anak. Lalu, menurut Priyono, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendongeng, yakni:

  1. Pendongeng harus ekspresif dan enerjik supaya dapat menarik perhatian anak. Dengan adanya perubahan intonasi, mimik wajah, dan gerakan tubuh pasti dapat menarik perhatian anak untuk lebih memperhatikan dongeng.
  2. Pendongeng harus banyak membaca sehingga dapat berimprovisasi
  3. Memilih dongeng yang tepat supaya nilai moral dan pesannya dapat ditiru anak

Sebuah dongeng dapat menjadi cara efektif untuk mengembangkan aspek-aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), sosial, aspek konatif (penghayatan) anak. Kegiatan mendongeng jelas mempunyai banyak manfaat yang dapat diterima oleh anak yakni:

  1. Menumbuhkan sikap proaktif
  2. Mempererat hubungan anak dengan orang tua
  3. Menambah pengetahuan anak
  4. Melatih daya konsentrasi anak
  5. Menambah perbendaharaan kata anak
  6. Menumbuhkan minat baca anak
  7. Memicu daya berpikir kritis anak
  8. Merangsang imajinasi, fantasi, dan kreativitas anak
  9. Memberikan pelajaran kepada anak tanpa terkesan mengguruinya


Baca juga artikel terkait : 

Posting Komentar untuk "Makalah Dongeng : Pengertian, Jenis, Manfaat, Nilai Moral, dan Contoh [ Lengkap ]"